[Resensi] The Lunar Chronichles #2: Scarlet


Judul: Scarlet (The Lunar Chronichles #2)
Penulis: Marissa Meyer
Penerjemah: Dewi Sunarni
Penyunting: Selsa Chintya
Proofreader: Titish A.K.
Design Cover: @hanheebin
Tebal: 444 hlm
Terbit: Februari 2016
Penerbit: Spring
ISBN: 978-602-71505-6-0
Keterangan: Novel Series, Sci-fi


BLURB

Nenek Scarlet Benoit menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan menganggap Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri. Marah dengan perlakuan kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang menghilangnya sang nenek. Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus menghilang? Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?


Perjalanan Cinta Si Kerudung Merah dan Serigala

Kehilangan orang yang disayang tanpa kabar dan berita merupakan suatu kejadian yang menyakitkan dalam hidup. Terutama bagi si kerudung merah, Scarlet Benoit yang telah kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki—neneknya selama berhari-hari. Tapi tidak seorang pun dari orang-orang di sekitarnya yang berniat membantu mencari sang nenek. Bahkan polisi dan detektif menutup kasus pencarian neneknya dengan kesimpulan wanita tua itu pergi karena keinginannya sendiri dan atau bunuh diri. (hlm 8)

Semua orang membicarakan tentang kepergian neneknya seolah-olah dia adalah seekor kucing liar yang akan kembali ke rumah saat dia sudah lapar. (hlm 13)
Padahal bukan seperti itu. Kepergian neneknya sangat tidak wajar. Dan tidak ada satu pun dari orang-orang itu peduli pada duka yang Scarlet alami. Juga tidak satu pun dari mereka yang mengenal kepribadian neneknya, kecuali Scarlet sendiri.

Tanpa disangka ketika Scarlet sedang menyusun rencana terbaik untuk mencari neneknya, ia bertemu dengan satu-satunya orang yang mau membantu mencari neneknya. Orang itu adalah Wolf.
Wolf, si petarung jalanan yang pada awalnya mendekati Scarlet karena ingin menjadi buruh di pertanian milik gadis itu. Wolf begitu yakin ia akan cocok bekerja di pertanian. Namun Scarlet menolak karena teringat ia harus mencari neneknya dan menyesal telah berlama-lama mengobrol dengan Wolf.
Rasa ingin tahunya tentang si petarung jalanan membuatnya merasa seperti seorang pengkhianat terhadap semua yang penting. (hlm 43)
Scarlet sama sekali tidak percaya pada Wolf. Terutama setelah mengetahui tato di lengan Wolf berhubungan dengan hilangnya sang nenek. Scarlet selalu berjaga-jaga ketika Wolf ada di dekatnya.
“Dan kau hanya akan meletakkan tanganmu di tempat yang bisa kulihat sepanjang waktu. Hanya karena aku mengizinkanmu masuk ke rumah ini, tidak berarti aku memercayaimu.” (hlm 119)
Namun, Wolf satu-satunya petunjuk yang Scarlet miliki. Mau tak mau mereka melakukan perjalanan untuk mencari neneknya dengan informasi-informasi kecil yang diberikan Wolf.
Selagi perjalanan itu berlangsung, Scarlet menilai-nilai sikap Wolf yang ia lihat selama beberapa hari terakhir. Scarlet pun merasa terbiasa dengan kebiasaan Wolf menggerak-gerakkan jarinya dan menggoyangkan lutut saat sedang duduk di sebelahnya. Gadis itu pun tanpa sadar bergerak-gerak seirama dengan Wolf dan mulai mendekatkan diri pada pemuda itu.
Ketika Wolf tidak menjawab, Scarlet bersandar pada telapak tangannya dan berpura-pura tidak menyadari kecangungan yang tiba-tiba terjadi. (hlm 161)
Ketika tempat neneknya diculik ditemukan, pilihan besar menimpa Scarlet. Kehadiran Wolf mungkin sama sekali tidak membantunya. Wolf mungkin saja hanya berbohong padanya. Scarlet tiba-tiba menyesali sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Kisah cinta yang terjadi dalam waktu kurang dari satu hari itu seperti merampas seluruh miliknya. Dan setelah rahasia-rahasia itu satu per satu terbuka, segala hal berubah-ubah begitu cepat di antara mereka.

Novel ini merupakan seri kedua dari The Lunar Chronicles Series, sekaligus pengulangan dongeng terkenal, Si Kerudung Merah dengan versi yang berbeda dan unik. Walaupun terkesan singkat, romansa antara Scarlet dan Wolf disajikan begitu cepat sekaligus penuh kejutan.

Baca juga:
[Review] The Lunar Chronicles #1: Cinder
[Review] The Lunar Chronicles #3: Cress
[Review] The Lunar Chronicles #4: Winter

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Kayanya seru nich novel. . Ada romans nya ada actionnya juga.

    Bersama tapi tidak saling percaya ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seru ^^
      Ada fantasynya juga, tulisannya juga rapi

      Hapus